FOTO FOTO SELINGKUH

Sabtu, 26 Maret 2011

Pecahnya Selaput Dara


Aku seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada saat liburan semester aku pulang ke kampungku di Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku jalan-jalan di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat belanja di kota kecil itu. Secara tak sengaja aku memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami yang jarang ditemui pada seorang gadis kota.
Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Ani, berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi bulan telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Padahal dikota aku sudah mempunyai kekasih, yang mengajari dan menunjukkanku Jalan kehidupan kedunia, yang menunjukkanku nikmat “surganya”, sehingga aku menyadari bahwa aku benar benar seorang laki laki, seorang pacar yang sudah mahir dalam bercinta.

Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana, maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua menonton layar tancap, hal yang sebenarnya cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran. Sambil duduk bergandengan, tangan kami saling bergerilya, tidak ada kata kata, dan sepertinya kami tidak merasakan jika disekeliling kami adalah manusia. Kami pulang jam sembilan malam atas keinginan Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang pergi menegok teman ayah pacarku yang sedang sakit keras.
Malam itu dingin sekali, Ani permisi untuk ganti pakaian. Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang sederhana itu aku terpaku, betapa cantik dan anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar ke perasaanku.
“Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu.
Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba, betapa lembut tangannya. Kami saling berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan kubuka pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya. Kutelusuri dari mulai kedua payudaranya yang mulus seperti gunung kembar, kemudian perlahan bergerilya tanganku mencari padang savana dimana disitu terletak danau kenikmatan. Dan benar saja dibalik lebatnya rerumputan Ani, kurasakan basah danau kenikmatannya.
Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi tubuhnya dadanya montok, dan di ujung selangkangannya nampak hutan hitam lebat lebih kurang 10 cm, dan diantara hutan itu nampak gundukan coklat megap megap seperti ada goa yang siap menerkam.. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ani bergetar hebat, dan dari rerimbunan hutan nampak kurasakan aliran danau basah yang siap untuk memandikan senjata gundulku. Getaran tubuhnya menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.
Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan penisku dengan extra hati-hati. Meskipun sudah ada cairan, namun seperetinya sangat sulit untuk memasukinya, gadis ini benar benar perawan. Berbeda dengan pacarku yang ada di kota, dimana yang dirasakan hanyalah kenikmatan ketika memacu gairah paling jalang. Sambil konsentrasi pada kedua daging kenikmatan kami, Wajahnya ku tatap, Ani mengerang dengan pasrah, keringat bercucuran lalu kusuruh ia untuk menggigit bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur. Mata Ani merem melek keenakan. Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai tidak bisa mengontrol dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya, gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali menembus pertahanannya yang rapat itu. Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan kurasakan penisku mulai lebih menegang dan, “Crut…, crut…, crut”. Spermaku keluar dengan deras, Ani memelukku.Dia berkata lirih “Perih mas” kubiarkan penisku dikulum vaginanya, dan Ani tersenyum, namun dari kedua matanya melelah air mata. Setelah penisku mulai mengacil Kucabut Panisku, dan nampak ada kemerahan darah perawan menempel disitu. Dari Vagina Ani nampak sperma nikmat milikku keluar perlahan, warnanya putih bercampur kemerahan, tanda bahwa dia masih perawan. Kupeluk Ani dengan erat dan kamipun terbaring kelelahan. Dalam hati aku bertekad untuk menikahi gadis itu, karena aku sangat mencintainya. Namun juga bagaimana dengan pacarku yang di kampus yang telah mengajariku sepeterti yang kulakukan terhadap Ani malam ini, entahlah. Aku bertekat mengawini Ani, karena aku mantap bahwa dia masih perawan.
Kami menyadari, betapa besar dosa yang kami lakukan malam itu. Dan aku tidak berfikir jauh bagaimana pacarku yang dikota nantinya, aku yakin dia akan mudah mendapatkan gantinya, toh aku mendapati dia bukan lagi seorang perawan, tidak seperti Ani yang benar benar sangat perawan.
Semoga Tuhan mengampini dosa kami